JOURNAL FIFA WORLD CUP 2015 - INDONESIA SUPPORTING MEDIA

Saturday, 8 February 2014

1966: Akhir Penantian "Tiga Singa"

DARI Amerika, Piala Dunia kembali diselenggarakan di Eropa. Inggris yang sudah menunggu selama 16 tahun sejak berpartisipasi di turnamen ini, mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah. Dan, mereka sangat optimistis bisa mengakhiri penantian untuk merengkuh trofi paling bergengsi ini setelah menembus perempat final di Cile 1962.

Dengan sejumlah pemain top dan sedang berada di usia matang, pelatih Alf Ramsey merasa timnya punya potensi untuk menyingkirkan lawan mana pun. Banks, Moore, Charltons, Greaves, Hurst dan Hunt, merupakan deretan nama yang menjadi andalan "The Three Lions".


Namun menjelang bergulirnya turnamen ini, panitia sempat pusing tujuh keliling karena trofi yang diberi nama Jules Rimet ini dicuri, saat dilakukan pameran pada bulan Maret di Central Hall, Westminster. Situasi semakin runyam lantaran panitia merasa tak sanggup untuk membuat trofi baru yang mirip dengan aslinya, yang memang unik dan sulit ditiru.

Beruntung, di tengah kegalauan itu muncul kabar menggembirakan. Adalah seekor anjing bernama Pickles, yang memecahkan persoalan rumit tersebut, satu minggu setelah kasus pencurian itu. Binatang yang memiliki penciuman paling tajam ini mengendus keberadaan trofi tersebut di sekitar semak belukar di Norwood, London Selatan. Ternyata benar, setelah diperiksa ternyata trofi tersebut dibungkus dengan kertas koran. Alhasil, persiapan turnamen ini bisa berlangsung lancar lagi.

Inggris yang mendapat dukungan dari suporter fanatiknya mengawali kejuaraan ini dengan hasil yang kurang memuaskan karena hanya bermain imbang tanpa gol melawan Uruguay. Ini membuat mereka banyak mendapat kritikan. Meskipun demikian, pasukan Ramsey yang tergabung di Grup A bersama Uruguay, Perancis dan Meksiko tersebut bisa keluar dari tekanan, dan mereka akhirnya menjadi juara grup, dan lolos ke perempat final, didampingi Uruguay.

Di Grup B yang dihuni tim-tim keras, Jerman Barat dan Argentina menjadi yang terbaik, setelah menyisihkan Spanyol dan Swiss. Di sini lahirlah bintang muda Jerman, Franz Beckenbauer, yang bermain cemerlang di fase penyisihan grup ini. Dia mencetak dua gol ketika Jerman mencukur Swiss 5-0.

Argentina yang diperkuat pemain-pemain top seperti Rattin, Artime dan Onega, mengikuti jejak Jerman Barat karena menjadi runner-up. Hasil ini terbilang kurang memuaskan, karena mereka difavoritkan akan menjadi juara grup. Tetapi ketika melawan Jerman, Argentina hanya bermain imbang 0-0. Kejutan lain di grup ini adalah tersingkirnya Spanyol, sang juara Eropa. Padahal, "El Matador" datang dengan membawa seluruh kekuatannya seperti Gento, Suarez dan Del Sol.

Dari Grup C, Brasil sempat mengawali pertandingannya dengan hasil meyakinkan. Tendangan bebas spektakuler Pele dan Garrincha membawa "Selecao" menang 2-0 atas Bulgaria. Tetapi juara 1958 dan 1962 ini mendapat masalah besar saat menghadapi Hungaria, karena Pele tidak bisa tampil lantaran cedera. Sebaliknya, dua bintang Hungaria Florian Albert dan Ferenc Bene, mencuri perhatian dengan aksi-aksi menawan, yang membawa negara mereka menang 3-1 atas sang juara bertahan.

Di grup ini, Portugal yang merupakan tim debutan, menjadi jawara. Eusebio, yang berdampingan dengan Torres, Augusto, Simoes dan Coluna, membawa tim "Samba Eropa" ini maju ke perempat final. Bahkan pada pertandingan terakhir penyisihan grup, mereka meruntuhkan keperkasaan Brasil lewat kemenangan 3-1, untuk memastikan diri menjadi juara grup. Sebaliknya bagi Brasil, kekalahan ini membuat mereka tersisih, dan berakhirlah kiprah para pemain top seperti Garrincha, Bellini dan Orlando.

Kejutan besar juga terjadi di Grup D. Sama seperti Portugal, Uni Soviet yang sangat solid karena diperkuat Yashin, Shesterniev dan Porkuyan, juga menyapu bersih tiga pertandingan penyisihan sehingga mereka menjadi juara grup. Korea Utara pun tak ketinggalan. Tim debutan Asia yang dikalahkan Uni Soviet 0-3 ini juga lolos ke perempat final sebagai runner-up grup, setelah menahan imbang Chili dan menaklukkan Italia 1-0. Inilah kejutan yang paling mencengangkan dalam sejarah Piala Dunia.

Selanjutnya, Korea Utara yang merupakan tim dengan materi termuda di Piala Dunia ini, sempat merajut impian untuk masuk semifinal. Melawan Portugal di perempat final, mereka sudah memimpin 3-0 sampai dengan turun minum. Sayang, di paruh kedua Korea Utara tak mampu mempertahankannya, ketika Eusebio mencetak empat gol untuk melengkapi kesuksesan Portugal yang akhirnya lolos dengan kemenangan 5-3--ini juga masih menjadi sebuah sejarah di Piala Dunia, di mana sebuah tim tertinggal tiga gol, tetapi mampu mengejar dan menang.

Partai lainnya di babak delapan besar, Jerman Barat menggunduli Uruguay 4-0. Pertandingan dengan skor mencolok ini diwarnai dengan dua kartu merah yang diberikan kepada pemain Uruguay, sehingga Jerman Barat tak terlalu kesulitan untuk meraih tiket ke semifinal. Langkah yang sama dijuga dicapai Uni Soviet. Mengandalkan pertahanan yang kokoh, tim "Beruang Merah" ini mampu mempertahankan keunggulan 2-1 atas Hungaria dan mereka untuk pertama kalinya mencatat sejarah lolos ke semifinal.

Sementara itu di London, duel seru dan menegangkan terjadi antara Inggris vs Argentina. Bermain dengan penuh semangat karena mendapat dukungan dari suporter fanatiknya, tuan rumah bisa menjebol gawang Argentina. Geoff Hurst yang menjadi bintang pertandingan ini, karena dialah yang mencetak gol tunggal ketika pertandingan tersisa 12 menit, untuk membawa Inggris ke semifinal dan bertemu Portugal.

Di babak empat besar ini, muncullah sosok Bobby Charlton karena permainannya sangat memukau. Ini mungkin menjadi aksi terbaik Charlton bersama timnas Inggris, karena bintang klub Manchester United tersebut yang meloloskan Inggris ke final lewat dua golnya, sehingga mereka mengalahkan Portugal 2-1. Satu-satunya gol Portugal dihasilkan oleh pemain legendarisnya, Eusebio, lewat titik penalti.

Di semifinal lainnya, Jerman Barat menaklukkan Uni Soviet 2-1. Di sini Beckenbauer mencetak gol spektakuler, karena tembakannya dari jarak jauh tak mampu dihalau Yashin, salah satu kiper terbaik sepanjang masa. Yashin juga kembali harus dua kali memungut bola dari dalam jaringnya pada pertandingan perebutan tempat ketiga, ketika Eusebio memborong dua gol Portugal yang meraih kemenangan 2-1, sekaligus membawanya menjadi top skor--lebih banyak tiga gol dari striker Jerman Helmut Haller.

Pada partai final, Ramsey membuktikan bahwa prediksinya benar, yaitu bahwa Inggris menjadi juara Piala Dunia 1964 ini. Bermain di Wembley yang merupakan stadion kebanggaan negara tersebut, Inggris tampil penuh gairah.

Namun publik tuan rumah sempat terhenyak ketika Haller menjebol gawang Gordon Banks pada menit ke-12. Beruntung, hanya berselang enam menit Hurst berhasil menyamakan kedudukan, ketika dia dengan sempurna mengonversi umpan Bobby Moore menjadi gol. Skor 1-1 bertahan sampai jeda.

Di babak kedua, tepatnya menit ke-78, Martin Peters membuat stadion seolah runtuh oleh gemuruh penonton yang bersorak kegirangan. Striker Inggris ini mengoyak jala Hans Tilkowski yang membuat Inggris unggul 2-1 dan bertahan sampai menit ke-89.

Dalam waktu yang tersisa, publik Inggris tampaknya sudah merasa timnya akan menjadi juara dunia dan mereka siap-siap menggelar pesta. Tetapi, Wolfgang Weber merusak semuanya karena di masa injury time dia bisa menyamakan skor menjadi 2-2, dan memaksa perpanjangan waktu.

Pada extra time ini, Hurst kembali membuat 96.924 penonton berjingkrak kegirangan karena dia membawa Inggris unggul 3-2, saat pertandingan memasuki menit ke-101. Gol ini juga yang sampai sekarang terus menjadi kontroversi, karena para pemain Jerman Barat menilai bola yang memantul dari mistar, belum melewati garis gawang, meskipun wasit Gottfried Dienst dari Swiss mengesahkannya.

Di tengah keraguan kubu lawan tentang gol tersebut, Hurst membuat gol ketiganya dalam pertandingan itu--satu-satunya hat-trick di partai final yang sampai sekarang belum disamakan. Pada menit ke-120, Hurst kembali memaksimalkan umpan Moore dan memastikan Inggris menang 4-2, dan membuat "The Three Lions" mengakhiri penantian untuk menyabet gelar juara paling bergengsi di dunia tersebut.

kompas.com

Historia FIFA |1930 |1934 | 1938 | 1950 | 1954 | 1958 | 1962 | 1966 | 1970 | 1974 |1978 | 1982 | 1986 | 1990 | 1994 | 1998 | 2002 | 20062010 |
.
Comments

Arena Hilights

| All ARENA HILIGHTS Updated, Click Here |